Halaman

Rabu, 15 Desember 2010

Be a Master




Didi bercerita bagaimana istrinya sangat marah kepadanya karena tidak pulang tepat waktu untuk pergi ke Mall, padahal banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, jalan begitu macet dan banjir dimana mana. Dia bercerita apa yang dia lakukan dalam menyikapi dan bereaksi atas kemarahan istrinya serta bagaimana mereka bertengkar besar. Bahkan membahas begitu pengertiannya ia terhadap kebutuhan istrinya dan menuduh istrinya mengada ada dengan sangat emosional dan dia menunjukan kemarahannya sekali lagi saat bercerita. Didi juga menyalahkan Bosnya dikantor yang menahan untuk berdiskusi menjelang dia pamit pulang, pemerintah daerah juga menjadi sasran kemarahannya yang yang tidak perduli terhadap kesulitan rakyatnya.

Kejadian ini harus ada yang bertanggung jawab!!!

Pras tiba tiba nyelonong masuk ruangan saya dan bercerita bahwa baru saja ia kena damprat oleh Bosnya. Dia disalahkan karena terlambat menyelesaikan tugas yang notabene bukan tanggung jawabnya. Dengan sangat emosi, ia melanjutkan keluhannya hampir hampir akan balik melabrak Bos yang sedang ngoceh gak karuan. Kalau begini caranya bekerja, harus memikul tanggung jawab orang lain lebih baik keluar dari perusahaan, masih banyak perusahaan yang akan menerima saya bekerja dalam hitungan hari lanjutnya berapi api. Pras juga menyalahkan koleganya yang bertanggung jawab atas masalah itu sangat lambat sehingga masalah itu tidak dapat diselesaikan.

Kejadian ini harus ada yang bertanggung jawab!!!

Saat saya menuju counter check in khusus di bandara Soeta, setelah antri di counter biasa tiba tiba petugas maskapai penerbangan mengatakan check in sudah ditutup padahal waktu boarding masih 35 menit. Saya terperanjat dan dengan emosi dan saya katakan waktu check in masih sisa 5 menit dan memberikan alasan saya sudah lama antri di counter biasa. Jawabannya tetap bahwa check in sudah close. Dengan perasaan kesal dan bersungut saya tetap memohon untuk tetap diijinkan check in. walaupun akhirnya saya tetap disarankan untuk ikut penerbangan berikutnya. Saya menyesali kenapa harus antri di counter biasa, kenapa tidak langsung ke counter check in khusus. Saya menyesali petugas yang tidak perduli dengan pelanggan yang berada di counter biasa. saya juga mengutuk penyetopan jalan tol gara gara pejabat tinggi negara akan lewat sehingga harus berhenti slama 15 menit sia sia bukan itu saja antrian yang panjang di jalan tol gara gara truk busuk mogok yang menyebabkan semua pengemudi memperlambat kecepatannya untuk mengetahui kenapa truk busuk itu berhenti.

Kejadian ini harus ada yang bertanggung jawab!!!

Tak terhitung teman yang menceritakan tentang suami, istri, pacar, anggota keluarga, atasan, rekan kerja, teller bank, pelayan, atau hanya orang asing yang tak mereka kenal secara acak yang membuat mereka marah dan respons yang mereka lakukan. Atau saya sendiripun mengalami situasi seperti itu.

Selalu ada sesuatu atau seseorang yang melakukan sesuatu kepada kita dan harus bertanggung jawab atas perasaan kita yang dibuatnya dan bagaimana kita bereaksi. Kita semua pernah mengalami hal tersebut, menuding dan menyalahkan orang lain atau mengeluh tentang ini atau itu. Ada hal-hal yang tidak kita sukai dan orang-orang atau kejadian kejadian itu adalah penyebab dari bagaimana kita harus bersikap. Intinya adalah bahwa kita tidak bertanggung jawab terhadap perasaan yang kita alami.

Dalam upaya untuk membahas masalah ini, saya sering mendengar pernyataan ini, "Jika Anda berada dalam situasi ini dan ini terjadi Anda maka Anda akan bereaksi dengan cara yang sama ... setiap orang melakukan hal yang sama dan merupakan hal yang wajar bukan?!" Selalu ada alasan lain daripada bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri. Sebenarnya, pernyataan ini adalah setengah benar. Ada dua bagian untuk setiap cerita, bagaimana kita merasa dan bagaimana kita bertindak. Hal yang benar adalah bagaimana situasi tersebut membuat kita merasa benar-benar menerimanya.

Saat Anda sedang parkir kendaraan di area parkir dan bagian belakang mobil anda ditabrak . Anda segera melompat keluar dari mobil dan melihat kerusakan yang terjadi. Anda marah, kesal dan kesal. Kita merasa reaksi kita adalah wajar dan normal. Reaksi tersebut akan dilakukan oleh setiap orang yang mengalami hal yang sama. Itulah cara kita bereaksi, bagian berikutnya adalah apa yang Anda lakukan dengan emosi, yang berarti bagaimana Anda bersikap? Perilaku tidak menetapkan aturan bagaimana seseorang akan bereaksi. Kita kembali ke mobil, membawa kunci stir dan memukul sipengemudi sialan itu dengan kunci stir dan memukul mobil yang menabrak kita agar mempunyai kerusakan yang sama, atau bisa melaporkan si pengemudi kepada polisi lalu lintas yang lewat tanpa mendengar alasan kenapa dia sampai menabrak, atau berteriak memaki maki dan memarahi pengemudi bodoh tersebut, atau berbicara baik baik untuk menyelesaikan masalah dan bertukar informasi untuk kelanjutan penyelesaian masalah.

Apa yang sebenarnya kita alami? Yang terjadi adalah kita tidak selalu dapat mengontrol emosi kita, atau cara kita bereaksi yang dapat dikatakan wajar, namun bagaimanapun kita bereaksi atau berperilaku selalu tergantung kepada kita sendiri. Itulah salah satu cara yang membedakan kita dari mahluk hidup lainnya . kemampuan untuk memilih reaksi dan tidak membiarkan perasaan kita mendikte diri kita yang pernah kita alami sepanjang waktu adalah kemampuan diri kita mengontrol emosi. Kita tidak suka pergi ke sekolah atau bekerja, tapi kita lakukan juga untuk pergi kesekolah ataupun pergi bekerja dengan bersungut sungut dan terpaksa ... setidaknya kita lakukan juga. Kita mungkin sangat suka makan, akan tetapi kita memutuskan kapan kita akan makan, dimana dan apa yang harus kita makan terlepas dari bagaimana perasaan kita saat itu. Kita tidak suka dengan cara cara Bos memimpin, akan tetapi kita tetap berada dibawah kepemimpinan Bos dengan terpaksa.

Jika kita membiarkan perasaan kita mendikte dorongan hati, kita akan di luar kendali. Apa yang perlu kita sadari adalah bahwa bagaimana kita mengendalikan perasaan kita, bagaimana kita bertindak tergantung diri kita. Dengan kata lain kita katakan bahwa kita adalah budak dari situasi. Bahwa situasi memiliki kontrol atas diri kita dan memerintahkan kita untuk berperilaku dengan cara tertentu. Kita seperti anak wayang yang digerakan oleh dalang dan dalang mengatur anak wayang menuju akhir dari perannya. Karena kita menyadari bahwa ada berbagai macam respons untuk menghadapi situasi tertentu, maka kita tahu bahwa situasi tidak mengontrol apa yang kita lakukan. Dan kita bisa tidak menjadi anak wayang yang peran dan nasibnya ditentukan oleh dalang.

Yang selalu saya jelaskan kepada teman saat saya memberikan advise , apakah anda akan memilih menjadi seorang budak situasi, dan kendali mengatur perilaku kita dan biarkan situasi atau pihak lain memikul tanggung jawab atas perilaku Anda, atau Anda menjadi tuan atau master, yang memutuskan bagaimana Anda bertindak. Seorang tuan atau master sejati pada dirinya sendiri tidak hanya mengendalikan perilaku nya, akan tetapi berperilaku untuk menghasilkan hasil yang positif. Hentikan kekangan dari perilaku yang menjadikan anda budak atau dikendalikan situasi dalam kehidupan Anda dan jangan menggunakan pernyataan seperti, "saya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan atau saya melakukan hal tersebut karena hal itu terjadi." jadilah seorang master dan tuan pada hidup Anda.

Slave or master ... it is up to you.
Take it under your control, and you can solve the problem. Going to greatness

Tidak ada komentar:

Posting Komentar