Halaman

Senin, 20 Juli 2009

Don't Steal Your Joy


Suatu saat kita mempunyai hari hari yang sangat panjang; Seperti kata orang,’berawal dari sisi tempat tidur’ dan hari kita tidak seperti yang kita harapkan. Bangun tidur terlambat karena alarm tidak sempat kita matikan. Tergesa gesa sehingga saat minum kopi tumpah dibaju kita yang putih. Kemacetan dimana mana tidak seperti hari biasanya sehingga membuat kita terlambat ke kantor semakin siang. Saat kita masuk kekantor, ada post it dari Bos ingin bertemu. Tentu saja jika kita terlambat, bos ingin bertemu untuk mengetahui kenapa kita terlambat.

Pelanggan menjadi marah, bawahan tidak membantu pekerjaan kita. Semua membuat hari tidak berpihak kepada kita. Akhirnya saat ingin mengisi bensin pada perjalanan pulang, seseorang menyelak antrian kita. Pertengkaran di pom bensin tidak terelakan. Kapan hari yang mengesalkan ini akan berakhir? Pasti ada konspirasi; bahwa dunia tidak berpihak kepada kita malah semakin membuat mood semakin jelek. Hal ini sering terjadi kepada kita bukan???

Kita pernah mengalam itu semua. Siapa yang belum mengalami hari yang buruk? Ada beberapa alasan yang kita alami : pekerjaan, Anak, rumah, kesehatan, keuangan dan hubungan. Banyak dari orang orang, membuat pekerjaan atau situasi semakin memburuk, tidak terkendali dan saling mengganggu satu sama lain.

Ini sangat menyita waktu kita. Mungkin kita menjadi marah sekali atau sangat kecewa. Menyebabkan kita berhenti tersenyum dan kehilangan keceriaan. Kejadian kejadian tadi dan orang lain secara pasti mencuri keceriaan kita.

Atau Mereka?

Mungkin bukan salah kita. Kejadian tersebut yang membuat kita gusar dan marah

Benarkah?

Alasan menjadi marah atau kecewa ketika hal itu terjadi dan itu bukan kita?

Atau ini?

Bisa juga kita; Kita tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan itu! Kejadian itu terjadi, jadi tidak ada yang bisa kita kerjakan untuk hal itu.

Atau itu?

Jadi kita sudah tahu siapa yang mencuri keceriaan kita?

Ini bukan tentang orang lain dan kejadian. Tidak peduli apa kita tidak suka terjadi pada kita, bisa terjadi. Hal itu bisa terjadi kepada kita semua. Kita terjebak pada kemacetan yang sama.

Jadi siapa gerangan yang mencuri keceriaan kita?

Itu adalah kita!!!

Kita adalah yang mungkin mencuri keceriaan kita sendiri. Kelihatnnya tidak masuk akal, setelah kita tidak menyalip kendaraan orang lain, setelah kita tidak bersikap kasar, setelah kita tidak membuat kejadian yang buruk. Orang yang normal akan berpikir sama dengan kita. Itu bukan salah kita dan kita tidak bertanggung jawab atas kejadiaan tersebut.

Akan tetapi. Tidak ada kejadian atau orang yang dapat membuat kita marah atau kecewa dan mencuri keceriaan kita. Ini bukan tentang kejadian yang membuat kita marah. Ini adalah masalah internal kita, dan ini adalah pilihan kita.

People are as happy as they choose to be. – Henry Ford

Ini bukan tentang apa yang terjadi, ini adalah apa yang kita pikirkan dan membuat kita menjadi marah. Rubah apa yang kita pikirkan dan kita kan merubah perasaan kita. Saya tahu, ini tidak mudah dilakukan. Saya tahu, ini tidak rasional menjadi marah ketika sesuatu berlaku tidak wajar atau berlaku kasar kepada kita. Tapi dengar, jika ini bukan apa yang kita pikirkan, jika ini adalah benar benar kejadiannya yang menyebabkan, kita akan selalu berpikir hal yang sama ketika hal yang sama terjadi. Kita tahu itu bukan suatu pengecualian.

Suatu hari kemacetan bukan suatu problem. Kita selalu tidak anggap karyawan yang melengos di depan kita. Kita bereaksi berbeda kepada sesuatu yang datang setiap hari. Oleh karena itu kita tidak selalu berpikir sama untuk meresponse mereka. Jadi hal itu tidak pernah terjadi; Ini adalah apa yang kita pikir tentang suatu kejadian yang membuat kita menjadi marah dan kecewa.

Jadi, ketika merasa diri kita menjadi marah dan kecewa, putuskan rubah pandangan kita. Pastikan rubah cara berpikir kita. Ketika kita mendengar lagu yang kita tidak suka di radio, rubah ke lagu yang kita suka. Kita dapat memutuskan untuk mendengar ke cara berpikir lain dan jangan biarkan cara berpikir yang keliru menjadi hal yang tidak baik terjadi pada.

Perilaku kita adalah keputusan. Putuskan berperilaku yang positif. Rubah cara berpikir, merubah hidup kita

Don’t steal your joy.

Sabtu, 18 Juli 2009

Your Life




the Question: Why Me?

the Answer: Why not you?

Kenapa Saya? Dapat menjadi pertanyaan yang bagus untuk ditanyakan. Sering orang berpikir saat bertanya “kenapa saya?” kita tidak mencari jawaban yang benar. Disamping mencari penyelesaian atau mencari jalan keluar untuk memperbaiki situasi, kita juga complain untuk tidak menjadi korban. Kebiasaan ini mendorong kita kepada pandangan hidup kita yang sempit yang menghambat kita untuk melihat pandangan seluruh kehidupan. Ini seperti melihat film dimana, mata kita dipaksa fokus kepada layar. Dan kita tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita.

Ketika kita bertanya” kenapa saya”, kita membiarkan diri kita untuk memaksa melihat gambar yang ada di layar, “kenapa saya”. Padahal masih ada gambar yang lebih luas untuk dilihat dari pada suatu sudut pandang saja “kenapa saya”. Dalam kehidupan ini adalah reaksi yang natural, bereaksi ”kenapa saya”. Disamping bereaksi kepada kehidupan, perlahan lahan, dan melihat gambar secara keseluruhan.

Disamping membiarkan diri kita untuk mendorong ke sudut pandang tersebut, alihkan kembali dan jujur kepada kehidupan kita. Lihat secara keseluruhan.

Apa pilihan dan yang kita lakukan yang dapat memberikan kontribusi kepada situasi sekarang Pelajaran apa yang kita dapat?

Pilihan dan tindakan yang kita ambil dari sini adalah membimbing kita kepada keadaan yang lebih baik.

Kebenarannya adalah kita tidak selalu harus bertanggung jawab kepada lingkungan dan kita tidak harus mengawasi secara keseluruhan, kita hanya mengawasi pilihan untuk bergerak maju. Ketika kita memutuskan untuk jujur pada kehidupan kita, kita telah memutuskan perlahan lahan dan melihat semua sudut pandang yang ada. Kita memutuskan untuk belajar dari kejadian kejadian di kehidupan kita dan memilih reaksi yang bijaksana, daripada bereaksi sebagai korban.

Hidup akan selalu diisi dengan kelebihan dan kekurangan. Sebagian dari kita mempunyai bakat sedangkan yang lain tidak. Sehubungan dengan lingkungan kita, kita akan selalu memiliki pilihan. Untuk memahami pilihan yang ada pada kita dan hidup lebih baik secara konsisten, kita harus melihat seluruh sudut pandang. Kita harus jujur kepada kehidupan kita. Jangan biarkan diri kita berpaku pada satu sudut pandang walaupun kita bisa complain apa yang terjadi pada diri kita. Seperti I Ching katakan, kejadian tidaklah penting, akan tetapi respons terhadap kejadian adalah segalanya.

Ini adalah perbedaan antara hidup dengan reaksi dan hidup untuk memilih respons. Ini adalah perbedaan berada di satu sudut, dengan sudut pandang yang sempit dan berlaku jujur kepada kehidupan kita. Hidup kita adalah gambaran diri kita. Bukankah kita ingin melihat keseluruhan gambar??? You will make it happens.

Dedicate for one of my tutor, You can do it and you will make it happens.

The Sixth Sense


Indra ke enam?


Kita mempunyai panca indra : Indra penglihatan, Indra pendengaran, Indra peraba, Indra Penciuman dan Indra perasa.


Bayangkan kita berada di kebun bunga yang Indah pada hari yang cerah, mentari bersinar pula. Lihat, sentuh, cium udara sekitar, rasakan dan dengar semua yang ada disekeliling kita. Banyak yang dapat kita ambil dari sekeliling dengan kelima indra kita. Sekarang lakukan konsentrasi dengan menutup indra pendengaran, indra peraba, indra pencium dan indra perasa. Dengan hanya penglihatan dan semua focuskan kepada apa yang kita lihat, dan kita akan lebih banyak yang kita dapatkan. Kita akan lihat warna warni bunga, bagaimana efek dari sinar matahari dapat kita lihat detil dari bunga seperti halnya apabila kita berkonsentrasi terhadap visi kita.


Sekarang tutup indra penglihatan, buka indra pendengaran. Kita akan mendengar burung berterbangan diatas sana, suara lebah brseliweran. Tutup indra pendengaran dan buka indra penciuman. Dan tiba tiba terasa udara yang kita hirup berbeda yang tidak kita pernah bayangkan. Buka indra peraba dan kita akan merasakan sengatan matahari dikulit kita. Apabila kita fokus kepada indra perasa, terasa kita merasakan rasa bunga dimulut kita. Satu dari indra kita akan meningkat apabila kita focus pada indra peraba tersebut yang akan membawa kita kepada indra ke enam. Bukan, bukan seperti indra ke enam yang dimiliki oleh paranormal. Hari ini kita akan membicarakan indra ke enam yang kita punya, dan itu aadalah persepsi kita.


Pengalaman yang kita alami dalam kehidupan terbentuk karena persepsi kita. Seperti apabila kita ada di kebun bunga tadi, apabila kita tidak focus pada salah satu indra kita maka kita tidak akan mengalami pengalaman yang berbeda. Apabila kita tidak fokus pada persepsi kita tentang sesuatu hal kita akan kehilangan kesempatan dalam hidup kita. Bagian dari ketertarikan adalah persepsi dan persepsi itulah indra ke enam kita yang akan mendominasi kelima indra dan akan menentukan apa yang akan kita alami.


Ketika kita focus kepada problem yang kita hadapi apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita rasa, apa yang kita taste dan apa yang kita cium adalah tidak bisa terimanya dengan keadaan tersebut. Kita tidak bisa menggunakan kelima indra kita untuk melihat peluang. Apabila kita mengembangkan indra ke enam untuk lebih focus kepada kemungkinan maka semua indra kita akan akan mencari kemungkinan tersebut. Semua dengan tiba tiba akan merubah hidup kita. Indra keenam akan memutuskan apa yang harus kita focuskan kepada persepsi yang mungkin didunia ini.


Manusia telah lebih maju dengan melihat apa yang orang lain tidak lihat dimana orang tersebut telah mengembangkan indra ke enamnya. Thomas Alfa Edison dapat melihat sinar lampu listrik, The wright bersaudara dapat melihat pesawat terbang. Kita tidak perlu merubah dunia, tapi kita dapat merubah hidup kita. Buka dan lihat sinar terang di kehidupan kita dan temukan bahwa hidup kita dapat lepas landas dan melayang di angkasa. Jangan lihat disana, lihat dengan jelas di indra ke enam kita dan buktikan bahwa hidup kita dapat kita buat seperti apa yang kita mau.


Kini saya dapat mengerti kenapa apabila kita melakukan suatu kegagalan, orang selalu memperlakukan kegagalan tersebut menjadi opportunities. Artinya kembangkanlah Indra keenam kita untuk merubah hidup, You will make it happens.

Minggu, 12 Juli 2009

Burung Bersayap Sebelah

Seorang SAHABAT yang sangat berpotensi dibidang pekerjaannya, mengeluh berat setelah pindah-pindah kerja di lebih dari lima tempat. Tadinya, saya fikir, ia mencari penghasilan yang lebih tinggi ditempat pekerjaannya yang baru. Setelah mendengarkan dengan penuh empati, SAHABAT ini rupanya mengalami kesulitan dengan lingkungan kerja. Di semua tempat kerja sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Di sini tidak cocok dengan atasan, di situ bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahannya.

Kalau SAHABAT sebelumnya berhobi pindah-pindah kerja, seorang SAHABAT saya satu ini punya pengalaman lain lagi. Setelah berganti istri sejumlah tiga kali, dengan berbagai alasan yang berbau tidak cocok dengan keluarganya maupun dengan keluarga istrinya, tidak cocok dengan sifat pasangannya, tidak cocok ini, tidak cocok itu dan tidak cocok dalam hal hal yang tidak penting. Akhirnya Ia merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini.

Seorang ATASAN pun punya pengalaman lain lagi. Setiap kali mengangkat orang baru sebagai pimpinan area, ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah-olah pimpinan area yg baru pasti bisa menyelesaikan semua masalah yang sebelumnya tidak dapat terselesaikan. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah kelihatan busuk-busuknya. Dan akhirnya mengganti dengan pimpinanan area yang baru, begitu terjadi seterusnya. Akhirnya pimpinan tersebut mulai capek dengan kegiatan mengganti ganti pimpinan area baru.

Dari ringkasan cerita diatas menunjukkan bahwa kalau motif kita mencari pasangan, entah pasangan hidup maupun pasangan kerja … sebaiknya DILUPAKAN saja.

Bercermin dari semua inilah, maka kita coba menarik sebuah kesimpulan : bahwa fundamen paling dasar dari manajemen sumber daya manusia adalah MANAJEMEN PERBEDAAN. Management perbedaan mencakup dua hal mendasar : menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai kekayan.

Sayangnya, kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan upaya yang tidak kecil. Ini bisa terjadi, karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap bisa terbang (baca : hidup dan bekerja ) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah . Dan hanya bisa terbang kalau berpelukan erat dengan orang lain.

Di Perusahaan, hampir tidak pernah kita bertemu Pemimpin yang berhasil tanpa kemampuan ‘bekerja sama’ dengan orang lain. Hasil hasil pekerjaannya sangat ditentukan oleh hasil kerja bawahannya. Di dalam KELUARGA, tidak pernah ditemukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk 'berpelukan' antara satu sama lainnya. Di tingkat Pemimpin Negara, Orang sehebat Nelson Mandela dan Kin Dae Jung pun bahkan mau ‘berpelukan’ bersama orang yang dulu pernah memenjarakannya.

Lebih-lebih kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan penuh CINTA KASIH, Ia tidak saja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mentransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Demikian besarnya makna dan dampak cinta, sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung. Capek, lelah, penuh perjuangan namun sia-sia.

Ini semua, mendidik kita untuk hidup dengan pelukan cinta. Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka tirai jendela, saya senantiasa berterimakasih akan pagi yang indah. Dan mencari-cari lambang cinta yang bisa saya peluk. Entah itu pohon mangga di halaman depan rumah, atau suara si kecil yang tidak jelas artinya. Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali hidup ini rasanya kalau saya mencium istri. Melihat kucing-kucing yang memakan nasi & sisa makanan yang sengaja saya letakkan di depan, juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri. Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk mengumpat orang lain. Namun, begitu kita ingat sesama teman kerja yang sama-sama bekerja di sekeliling kita, mencari nafkah untuk keluarga di rumah, dan kelangsungan hudup keluarganya tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan, maka marah, stress, frustasi, egois dan segala kejengkelan tsb hilang.

Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap. Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna. Kita selalu lebih di sini dan kurang di situ, atau sebaliknya. Kesombongan atau keyakinan berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksakan diri untuk terbang. Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap. Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah. Oleh karena alasan inilah, saya selalu ingat pesan seorang SAHABAT untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan. Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan atau di kantor memulai kerja dengan 'memeluk' rekan kerja.

Jumat, 10 Juli 2009

Semangat Pagi, Anda di PHK

Seorang Chief Executive Officer sebuah perusahaan ternama dunia hari itu datang ke kantornya yang megah tepat jam 7 pagi. Sang pemilik perusahaan memasuki ruang kerjanya tak lama kemudian. Setelah berbasa-basi sedikit, beliau berujar;

"My friend," katanya.
"Aku bangga dengan hasil kerjamu selama ini," lanjutnya.

Sang CEO tentu saja bahagia mendengar pujian bossnya itu.

"Namun," lanjut si boss.

Kali ini, hati CEO itu mulai dihinggapi tanda tanya besar. "Para stakeholders kita menginginkan untuk menggantikan-mu dengan seseorang yang lebih baik....."

Saat itu juga, pagi yang cerah seakan-akan berubah menjadi gelap gulita sambil sesekali dikilati cahaya dari bunyi petir dan gelegar halilintar yang membuat jiwa bergetar. Sang CEO hanya bisa terpana. Seolah tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Seandainya, berita itu tidak ditujukan kepada CEO yang sedang kita bicarakan itu. Melainkan kepada anda. What are you going to do my friends?

Boleh jadi anda mengira bahwa percakapan diatas itu sekedar rekaan belaka. Tapi, jika anda mengikuti perkembangan dunia bisnis internasional akhir-akhir ini; anda akan menemukan bahwa pembicaraan semacam itu sungguh-sungguh terjadi didunia nyata. 'Korbannya'? Banyak. Mulai dari orang nomor satu di bank terkemuka. Pemimpin perusahaan farmasi tercanggih. Hingga raksasa minuman berbahan dasar kopi yang aroma ketenarannya sampai kesini. Bahasa politik boleh mengatakannya dengan halus, semisal; pensiun dini atau golden shake hand. Tetapi, dalam bahasa kita; itu tidak beda dengan tiga huruf mengerikan bernama P. Dan H. Dan K. Sounds familiar, right? Yes, that PHK.Anda tentu masih ingat kisah tragis legendaris yang menimpa kapal pesiar Titanic yang tenggelam pada tanggal 14 April 1912. Peristiwa itu diperkirakan menelan 1,500 korban jiwa.
Para ahli mempercayai bahwa faktor utama yang menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa bukanlah semata-mata tenggelamnya kapal tersebut, melainkan; kurangnya jumlah sekoci yang ada dikapal itu dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada. Mereka begitu yakin bahwa Titanic tidak bisa tenggelam. Jadi, mengapa harus menyediakan sekoci? Konon, ketika perisiwa itu terjadi; sesungguhnya masih banyak waktu untuk melakukan penyelamatan. Namun, karena jumlah sekoci penyelamat hanya sedikit, hanya sebagian kecil saja yang bisa diselamat-kan. Dalam kehidupan kerja pun kita sering berpikir seperti itu. Kita begitu yakin bahwa kapal yang kita gunakan untuk mengarungi samudera dunia kerja ini tidak akan tenggelam. Sehingga kita tidak merasa penting untuk memiliki sekoci. Tetapi, berapa banyak sudah perusahaan yang gulung tikar dan kemudian tenggelam seperti halnya Titanic? Jika kita boleh berkata tanpa sensor, sesungguhnya dunia kerja kita lebih beresiko daripada Titanic. Apa yang terjadi pada Titanic adalah musibah bagi semua penumpang. Semua orang menghadapi masalah yang sama. Sebab; orang baik tidak ditendang keluar dari kapal. Tetapi, dalam sebuah perusahaan; sudah sering terjadi seorang karyawan ditendang keluar dari bahtera perusahaan semudah itu. Seperti peristiwa yang menimpa sang CEO diatas itu.
Jika itu bisa terjadi kepada pimpinan puncak sebuah perusahaan; maka tidak heran jika bisa dengan sangat gampangnya menimpa karyawan-karyawan dilevel lainnya. Ya. Tentu saja. Anda sudah tahu itu. Bahkan mungkin sudah banyak teman anda yang terkena PHK juga. Sayangnya, saat ini pun kita masih begitu yakinnya untuk mengatakan bahwa kita tidak akan mengalami nasib seperti itu. Sungguh, tidak ada yang menjaminnya. Sebab, bagaimanapun juga itu bisa menimpa siapa saja. Karyawan yang jelek. Karyawan yang bagus. Karyawan dilevel manapun juga. Direktur? Sudah banyak direktur yang terkena PHK juga, bukan?
Seseorang menganggap saya ini terlampau pesimis dalam memandang masa depan pekerjaan.

Saya bilang; “Ada bedanya antara sikap pesimis dengan sikap antisipatif. Seseorang yang pesimis, memandang dari sisi negatif, dan dia tidak melakukan apa-apa untuk mempersiap-kan dirinya, kecuali memelihara perasaan was-was. Sedang-kan, orang yang antisipatif, memandang sebuah resiko secara rasional dan proporsional. Lalu dia mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi sulit jika terjadi sewaktu-waktu. "
PHK adalah resiko kita sehari-hari. Kita tidak perlu terlampau percaya diri dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi pada kita. Atau sebaliknya terlalu takut jika mengalaminya. Sebab, selama kita 'mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kemungkinan itu,' maka yakinlah bahwa masa depan kita akan baik-baik saja. Paling tidak, kita tidak terlampau syok, jika itu benar-benar terjadi. Dan yang lebih penting dari itu adalah; memulai mempersiapkan 'sekoci' itu dari saat ini. Sekoci yang selalu siap digunakan jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya.
Begitu beragamnya reaksi orang ketika terjadi PHK. Ada yang panik. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang senang alang kepalang. Ada orang yang mendapatkan 'golden shake hand' tetapi hatinya miris dan menghadapi dunia didepannya dengan tatapan pesimis. Ada yang mendapatkan uang pesangon sekedar sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam undang-undang; namun, memandang masa depannya dengan antusias dan optimis. Mengapa sikap mereka bisa beda begitu ya? Ternyata, orang-orang yang sudah 'mempersiapkan' dirinya untuk situasi sulit seperti itu lebih bisa menghadapi kenyataan itu. Mereka melihat sisi terangnya. Dan mereka menemukan bahwa; itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Beberapa waktu lalu saya mendapatkan email dari seorang teman yang mengalami 'perlakuan' kurang patut diperusahaan. Menyimak kompleksnya permasalahan yang dihadapinya, tidaklah mudah untuk meresponnya. Tetapi, tepat sehari sebelum saya menerima email itu, saya bertemu dengan seorang sahabat lama. Bagi saya, beliau bukan sekedar sahabat; melainkan juga seorang mentor. Puncak karir beliau adalah Direktur Pengembangan Bisnis pada sebuah perusahaan multinasional dengan pengalaman kerja 20 tahun. Dia bangga dengan pencapaiannya. Dan dia tahu kualitas dirinya yang tinggi. Namun, suatu ketika perusahaan memintanya untuk menduduki sebuah jabatan lain. Jabatan itu levelnya bukan Direktur, melainkan manager biasa. Jelas, orang ini diturunkan pangkatnya. Dan yang lebih menarik lagi adalah: posisi baru yang harus dipegangnya adalah sebuah posisi yang sebelumnya berada langsung dibawah kepemimpinannya. Sedangkan posisi direktur kini diduduki oleh orang lain. Itu terjadi tahun 2002. Dan orang itu - dengan segala kualitas diri yang dimilikinya - ketika bertemu dengan saya kemarin; menjadi orang yang lebih berhasil dari sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa emas tetaplah emas, meskipun terbenam dalam tanah berlumpur. Saya sendiri mempunyai prinsip pribadi yang berbunyi; 'bersiap-siap seolah akan terkena phk besok pagi.' Dengan prinsip itu, sedari sekarang saya mulai mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Saya belajar banyak hal hari ini, supaya besok bisa menjaga diri. Jika besok pagi saya mendapatkan phk itu, sekurang-kurangnya secara mental saya sudah menjadi lebih siap. Sehingga, bebannya mungkin akan menjadi lebih ringan. Apakah anda juga demikian?